Hari ini makan apa, ya?
Pertanyaan tersebut terjawab dengan mudah berkat banyaknya pilihan yang tersedia di dunia digital. Semua dapat dicari sesuai yang sedang diinginkan, terus harga promonya bisa dibandingkan, dan tentu mudah dipesan. Apalagi jajanan di Indonesia sangat variatif, mulai dari makanan tradisional hingga junk food.
Andai hari ini kita memesan junk food berupa dua ayam paha, kentang, dan minuman bersoda. Kemudian kebiasaan ini terus dipupuk, apa makanan tersebut sesuai dengan kebutuhan badan yang menunjang aktivitas harian? Sementara kandungan nutrisi pada junk food tidak memenuhi protein, vitamin, dan mineral yang umumnya dibutuhkan tubuh.
Belum lagi penampilan makanan yang kini mudah menarik perhatian remaja, dari segi warna, kemasan, produsen bersaing menambah nilai tambah selain dari rasa yang ditawarkan. Lalu jika sudah begini, apa referensi makanan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan sudah benar? Pun tidak bisa menyalahkan akses referensi makanan yang tersebar.
Mengingat remaja membutuhkan nutrisi yang mendukung pertumbuhannya. Maka asupan jenis sayuran dan buah setiap hari memiliki peranan penting untuk menyumbang nutrisi tersebut. Pada rentang usia 13–18 tahun total kalori yang jadi kebutuhan remaja ada di sekitar 2125-2675 kkal. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi tidak hanya berpengaruh pada kondisi tubuh tetapi juga penting mendukung konsentrasi serta energi saat beraktivitas.
Beberapa komponen nutrisi berikut penting dipenuhi dalam masa pertumbuhan yang dapat membantu pembentukan otot, tulang, hingga perkembangan otak, seperti protein, karbohidrat, vitamin, serat, dan mineral. Untuk mendapatkannya, berikut rekomendasi makanan baik untuk kesehatan; jagung, alpukat, tomat, umbi-umbian, apel, dan bayam. Yap! Kebanyakan bersumber dari kacang-kacangan, sayur, buah, dan air putih. Makanan-makanan tersebut biasanya diasosiasikan dengan rasa hambar dan kurang menarik.
Ketika remaja mengalami kekurangan nutrisi salah satu penyebabnya mengalami kebiasaan mudah memesan jajanan dan junk food tanpa adanya pengawasan keluarga.. ditakutkan beberapa dampak buruk seperti obesitas, anemia, gangguan pencernaan, dan malnutrisi akan terjadi. Yang paling umum misalnya dalam gangguan pencernaan ialah GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Kondisi di mana dada atau tenggorokan terasa perih seperti terbakar, mengakibatkan mulut terasa asam atau pahit. Gejalanya pada remaja, termasuk sakit perut dan sering muntah.
Jika begini, salah satu cara termudah agar remaja tumbuh dengan dukungan nutrisi baik dimulai dari rumah. Keluarga dapat berperan aktif membantu menjaga pertumbuhan anak dengan pengawasan konsumsi makanan yang dimakan. Berlatih bersama menanam beberapa sayuran atau buah dengan lahan yang ada di rumah, untuk kemudian anak merasakan langsung interaksi proses makanan yang dikonsumsi untuk tubuhnya. Tidak apa-apa sesekali membiarkan remaja memesan makanan sesuai keinginan hatinya. Tetapi sebagai catatan, jangan sampai makanan tidak sehat lebih banyak dikonsumsi dibanding makanan sehat yang dibutuhkan tubuh.
Sesekali anak pun baiknya diikutsertakan dalam pembuatan makanan, sehingga ia diberi ruang berkreasi mengolah makanan yang akan dikonsumsi. Menanamkan hal-hal kecil tersebut sejak dini diharapkan seperti peran metabolisme yang mampu memperbaiki sel, pencernaan, dan pernapasan dalam tubuh. Remaja pun pelan-pelan belajar mengetahui makanan apa yang dikonsumsi, yang baik bagi dirinya, dan kapan memperbolehkan jajanan kekinian ia pesan lewat gadget nya.
Masak sendiri ah di rumah, mau bikin perkedel kentang seperti yang pernah dibikin bareng Ibu.